Shalat-shalat
sunnah menurut tuntunan Rasulullah SAW (Bagian 2)
B.
Shalat sunnah rawatib yang tidak muakkadah
1.
Dua raka’at sebelum shalat Maghrib :
Dari
Abdullah (bin Mughoffal) Al Muzaniy, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Shalatlah
Qabliyah Maghrib”. Dan beliau bersabda yang ketiga kalinya, “Bagi siapa yang
mau”. Karena beliau tidak suka orang menjadikannya suatu keharusan.
[HSR. Bukhari juz 2, hal. 54]
Anas
bin Malik berkata :
Dahulu
di zaman Nabi SAW, kami shalat dua raka’at setelah matahari tenggelam sebelum
shalat Maghrib”. Lalu aku (Mukhtar bin Fulful) bertanya kepadanya, “Apakah
Rasulullah SAW melakukan shalat itu ?”. (Anas) menjawab, “Beliau melihat kami
melakukan shalat itu, dan beliau tidak menyuruh kami dan tidak pula
melarang". [HR. Muslim juz 1, hal. 573]
2.
Dua raka’at sesudah (Ba'diyah) Dhuhur :
Dari
‘Anbasah bin Abu Sufyan, ia berkata, aku mendengar saudara perempuanku Ummu
Habibah istri Nabi SAW, berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
tetap mengerjakan empat raka’at sebelum Dhuhur dan empat raka’at sesudah
Dhuhur, niscaya Allah mengharamkan dia masuk neraka”.
[HR. Tirmidzi juz 1, hal. 269]
Keterangan
:
Shalat
sunnah sesudah Dhuhur (Ba'diyah Dhuhur) itu empat raka’at, dua raka’at Muakkadah
dan dua raka’at yang lain tidak Muakkadah.
3.
Shalat sunnah sebelum ‘Ashar
Dari
‘Ali AS, bahwasanya dahulu Nabi SAW shalat dua raka’at sebelum shalat ‘Ashar.
[HR. Abu Dawud juz 2, hal. 23, no. 1272]
Dari
Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati
orang yang mengerjakan shalat sunnah empat raka’at sebelum ‘Ashar”.
[HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan ia menghasankannya, dan Ibnu Khuzaimah, dan
ia menshahihkannya, dalam Bulughul Maram no. 382]
Keterangan
:
Hadits
tentang shalat sunnah qabliyah ‘Ashar empat raka’at ini ada ulama yang
menganggap hasan atau mengesahkannya. Namun ada pula yang melemahkannya. Bahkan
Ibnu Taimiyah menolaknya dengan keras dan menganggap hadits itu maudlu’,
walloohu a’lam. [Zaadul Ma’aad juz 1, hal. 311]
4.
Shalat sunnah sesudah ‘Ashar :
Dari
‘Aisyah RA, ia berkata, “Demi Allah, beliau tidak pernah meninggalkan shalat 2
raka’at sehingga beliau bertemu dengan Allah dan beliau tidak bertemu dengan
Allah Ta’ala sehingga beliau terasa berat melakukan shalat. Dan beliau sering
melakukan shalatnya dengan duduk, yakni shalat 2 raka’at sesudah ‘Ashar, dan
Nabi SAW biasa mengerjakan shalat 2 raka’at sesudah ‘Ashar itu tidak di dalam
masjid, karena takut akan memberatkan ummatnya dan beliau senang terhadap
sesuatu yang membuat ringan bagi ummatnya”. [HR. Bukhari 1
: 146]
Dari
Ummu Salamah RA, ia berkata : Nabi SAW pernah shalat dua raka’at sesudah
‘Ashar, lalu beliau bersabda, “Orang-orang dari suku ‘Abdul Qais telah
menyibukkan aku dari shalat dua raka’at sesudah Dhuhur”.
[HR. Bukhari 1 : 146]
Dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW melarang shalat ba’da ‘Ashar sehingga
terbenam matahari, dan melarang shalat ba’da Shubuh sehingga terbit matahari.
[HR. Muslim 1 : 566, Bukhari 1 : 146]
Dari
‘Aisyah, ia berkata, “Disisiku Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan
(shalat) dua raka’at sesudah ‘Ashar”. [HR. Muslim 1 : 572, Bukhari
1 : 146]
Keterangan
:
1.
Ibnu ‘Abbas, ‘Abdur Rahman bin
Azhar dan Miswar bin Makhromah pernah menyuruh Kuraib (bekas budak Ibnu ‘Abbas)
untuk datang kepada ‘Aisyah menanyakan tentang dua raka’at sesudah shalat
‘Ashar, karena mereka itu pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW melarang untuk
melakukannya. Setelah Kuraib datang kepada ‘Aisyah, kemudian ‘Aisyah
mengarahkan supaya ia menanyakan kepada Ummu Salamah. Ummu Salamah menjawab,
“Aku pernah mendengar Nabi SAW melarangnya, kemudian aku melihat beliau
mengerjakannya. Kemudian aku menyuruh seorang jariyah untuk menanyakan hal
tersebut kepada Nabi SAW”. Kemudian jawab Nabi SAW, “Tadi beberapa orang kaum
‘Abdul Qais datang kepadaku membicarakan tentang kaumnya yang masuk Islam,
sehingga mereka menyibukkanku dari mengerjakan dua raka’at sesudah Dhuhur. Dan
(dua raka’at) yang saya lakukan sesudah ‘Ashar ini adalah (gantinya) dua
raka’at sesudah Dhuhur itu. [Ringkasan hadits
riwayat Muslim 1 : 571]
2.
‘Aisyah berkata, “Disisiku
Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan dua raka’at sesudah
‘Ashar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 572, Bukhari juz 1, hal.
146]
Kesimpulan
:
a.
Nabi SAW pernah melarang shalat sesudah shalat ‘Ashar.
b.
Nabi SAW mengerjakan dua raka’at sesudah ‘Ashar pada mulanya sebagai ganti dua
raka’at sesudah Dhuhur yang tidak sempat beliau kerjakan, kemudian shalat dua
raka’at sesudah ‘Ashar tersebut menjadi kebiasaan beliau yang tidak pernah
beliau tinggalkan.
Catatan :
Shalat sunnah rowatib
ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum (qobliyah) atau sesudah (ba'diyah)
shalat lima waktu. Sedang yang dimaksud Muakkadah ialah yang sangat ditekankan
atau dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
(Bersambung ke Bagian 3)