Shalat-shalat
sunnah menurut tuntunan Rasulullah SAW (Bagian 11)
K.
Shalat sunnah Kusuf/shalat sunnah Khusuf.
Kusuf/Khusuf
ialah istilah yang diberikan untuk shalat sunnah di waktu terjadi gerhana
matahari maupun gerhana bulan. Bilangan raka'at dan cara pelaksanaannya :
-
Shalat kusuf/khusuf ini utamanya dilaksanakan di masjid secara berjama'ah dan
dengan khutbah sesudah shalat.
-
Shalat gerhana ini tanpa adzan dan iqamah; tetapi hanya panggilan, misalnya
"Ash-Sholaatu Jaami'ah" (Mari kita berkumpul untuk shalat)
-
Shalat sunnah ini dikerjakan sebanyak 2 raka'at dengan bacaan jahr.
-
Pada tiap-tiap raka'at mengandung 2 ruku' dan 2 sujud dengan cara sebagai
berikut :
1.
Takbiratul Ihram, 2. Membaca doa iftitah, 3. Membaca ta'awwudz, 4. Membaca
Basmalah, 5. Membaca Al-Fatihah, 6. Membaca Amin, 7. Membaca Surat/Ayat
Al-Qur'an, 8. Ruku' dan membaca tasbih ruku', 9. I'tidal (berdiri tegak
kembali), 10. Membaca Surat/Ayat Al-Qur'an (tangan bersedekap seperti semula),
11. Ruku' dan membaca tasbih ruku', 12. I'tidal (berdiri tegak kembali), 13.
Sujud dan membaca tasbih sujud, 14. Duduk antara dua sujud, 15. Sujud kedua.
Kemudian berdiri untuk raka'at yang kedua. Pada raka'at kedua dikerjakan
seperti raka'at yang pertama tadi, mulai dari urutan nomor 4, dan seterusnya,
16, Duduk Attahiyyat dengan membaca tasyahhud dan shalawat, 17. Salam.
Kemudian
tenang untuk mendengarkan khutbah.
Dalil
pelaksanaannya :
Dari
'Aisyah istri Nabi SAW, ia berkata : "Sesungguhnya telah terjadi gerhana
matahari dimasa Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW pergi ke masjid. Kemudian
beliau berdiri dan bertakbir dan orang-orang bershaf di belakang beliau. Dalam
shalat tersebut Rasulullah SAW membaca bacaan yang panjang. Kemudian beliau
bertakbir dan ruku' dengan ruku' yang panjang pula. Kemudian beliau mengangkat
kepalanya sambil membaca "Sami'alloohu liman hamidah, robbanaa wa lakal
hamdu". Lalu beliau membaca lagi bacaan yang panjang, tetapi lebih
pendek dari pada bacaan yang pertama. Sesudah itu beliau bertakbir lalu ruku'
dengan ruku' yang panjang, tetapi lebih pendek dari pada ruku' yang pertama
tadi. Kemudian beliau membaca (sambil berdiri) "Sami'alloohu liman
hamidah, robbanaa wa lakal hamdu". Sesudah itu beliau sujud. Kemudian
beliau melaksanakan pada raka'at yang kedua sedemikian itu pula, sehingga genap
empat kali ruku' dan empat kali sujud, sedang matahari pun muncul kembali
sebelum beliau selesai (shalat). Setelah itu Rasulullah SAW berkhutbah, memuji
Allah SWT dengan pujian-pujian-Nya, kemudian beliau bersabda :
"Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda dari tanda-tanda
kebesaran Allah. Dua-duanya tidaklah gerhana karena mati atau lahirnya
seseorang. Apabila kamu sekalian melihat yang demikian itu maka segeralah untuk
melaksanakan shalat". [HR. Muttafaq 'Alaih, dan lafadh
ini bagi Muslim 2 : 619]
Dari
Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : Pernah gerhana matahari pada masa Rasulullah
SAW di suatu hari yang sangat panas. Lalu Rasulullah SAW mengerjakan shalat
bersama para shahabat. Beliau berdiri lama sekali, sehingga banyak yang jatuh.
Kemudian beliau ruku’ lama, lalu bangun dan berdiri lama, lalu ruku’ lama,
kemudian bangun dan berdiri lama, kemudian sujud dua kali. Kemudian beliau
berdiri dan melakukan seperti itu sehingga shalatnya mengandung empat ruku’ dan
empat kali sujud. Setelah itu beliau bersabda, “Sesungguhnya telah
diperlihatkan kepadaku segala sesuatu yang akan kalian masuki. Diperlihatkan
surga kepadaku, sehingga aku mengulurkan tangan akan mengambil petikan (buah)
surga itu, tetapi tanganku tidak dapat mencapainya. Diperlihatkan pula kepadaku
neraka. Aku melihat di dalamnya ada seorang perempuan Bani Israil yang disiksa sebab
kucingnya, dia mengikat kucing itu tanpa memberinya makan dan tidak pula
membiarkannya untuk makan serangga tanah. Aku juga melihat Abu Tsumamah ‘Amr
bin Malik menarik ususnya di neraka”. Orang-orang berkata, “Sesungguhnya
matahari dan bulan tidaklah gerhana melainkan karena meninggalnya orang yang
agung”. Padahal, sebenarnya keduanya adalah dua tanda diantara tanda-tanda
kekuasaan Allah yang Dia tunjukkan kepada kalian. Karena itu, apabila keduanya
gerhana, maka lakukanlah shalat hingga muncul kembali”.
[HR. Muslim 2 : 622]
Keterangan
:
Abu
Tsumaamah ‘Amr bin Maalik, dalam riwayat lain disebut Ibnu Luhaiy (Luhaiy =
nama laqobnya Maalik), dan dalam riwayat lain disebut ‘Amr bin ‘Aamir
Al-Khuza’iy, adalah orang yang mula-mula mengada-adakan tentang Saaibah,
Bahiirah dan Haam (sebagaimana tersebut dalam QS. Al-Maaidah : 103).
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr RA, ia berkata : Ketika terjadi gerhana matahari pada jaman
Rasulullah SAW, diseru dengan panggilan,”Ash-sholaatu jaami’ah”.
[HR. Bukhari juz 2, hal. 25]
Dari
‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW membaca jahr dalam shalat gerhana dan beliau shalat
dengan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka'at.
[HR. Muslim 2 : 620]
Anjuran
memerdekakan budak, bersadaqah, istighfar, dzikir dan shalat ketika terjadi
gerhana
Dari
Asma’ (binti Abu Bakar), ia berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan untuk
memerdekakan budak ketika terjadi gerhana matahari”.
[HR. Bukhari juz 2, hal : 29]
Dari
‘Aisyah, ia berkata : Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW.
Kemudian beliau berdiri untuk shalat (gerhana) ….., kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya
matahari dan bulan itu diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak
gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Maka apabila kalian melihat
yang demikian itu, bertakbirlah, berdo’alah kepada Allah, shalatlah dan
bersedekahlah”. [HR. Muslim juz 2, hal. : 618]
Dari
Abu Musa, ia berkata : Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Nabi SAW, lalu
Nabi SAW bangkit, terkejut dan takut kalau terjadi hari qiyamat. Lalu beliau
pergi ke masjid, lalu shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang sangat lama,
yang saya belum pernah melihatnya sama sekali beliau mengerjakan yang seperti
itu. Kemudian beliau bersabda, Sesungguhnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang
Allah kirimkan ini tidak terjadi karena matinya seseorang dan tidak pula karena
lahirnya seseorang, akan tetapi Allah mengirimkannya agar hamba-hamba-Nya takut
kepada- Nya. Apabila kalian melihat kejadian yang demikian itu, maka
berlindunglah kepada Allah dengan berdzikir, berdoa dan mohon ampun kepada-Nya”.
[HR. Muslim juz 2, hal. : 628]
Dari
Mughirah bin Syu’bah, ia berkata : Pernah terjadi gerhana matahari (di masa Rasulullah
SAW), pada hari meninggalnya Ibrahim (putra Rasulullah SAW), lalu orang-orang
mengatakan, “Matahari ini gerhana karena meninggalnya Ibrahim”. Maka Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, tidak terjadi gerhana karena mati atau lahirnya
seseorang. Maka apabila kalian melihat keduanya, berdoalah kepada Allah dan
shalatlah, hingga pulih kembali”. [HR. Bukhari juz 2 :
30]
(Bersambung ke Bagian 12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar