Kamis, 22 November 2012

SEX EDUCATION? PENTING NGGAK SIH....


Penyimpangan Seksual karena Pemahaman yang Keliru
Kesehatan manusia meliputi kesehatan jasmani yang merupakan kesehatan fisik berhubungan dengan badaniah manusia dan kesehatan rohani yang merupakan kesehatan jiwa berhubungan dengan sehat tidaknya jiwa atau mental seseorang. Kesehatan menurut Undang-Undang RI No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu kesehatan jasmani manusia adalah kesehatan reproduksi, kesehatan ini harus dimiliki setiap manusia yang memasuki usia produktif secara seksual. Hall (dalam Santrock, 2003) menyebutkan bahwa usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Remaja pada khususnya, harus memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Hendriana (7: 2010) menyebutkan bahwa remaja Indonesia masih sering menemui kesulitan untuk mendapatkan hak reproduksi mereka, yaitu hak akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dipandang masih tabu. Padahal seharusnya remaja mengetahui segala hal tentang kesehatan reproduksi agar mendapat informasi yang benar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi, serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.

Khusnul Aini dan Asep Sufyan R dalam tulisannya yang berjudul Perilaku Seksual Remaja Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan Serta Dampaknya Terhadap Derajat Kesehatan Reproduksi di Indonesia memaparkan bahwa pengetahuan seksual yang benar dapat menuntun seorang terutama remaja kearah perilaku seksual yang rasional dan bertanggungjawab dan dapat membantu membuat keputusan pribadi yang penting tentang seksualitas. Begitu juga sebaliknya bahwa pengetahuan yang salah dapat membentuk persepsi salah tentang seksualitas dan berakhir pada perilaku seksual yang salah pula. Informasi yang salah menyebabkan remaja memiliki pengertian yang meyimpang tentang seksualitas.
Informasi dapat diperoleh remaja melalui orang tua, teman bergaul, dan media. Orang tua yang menanamkan nilai–nilai positif dalam menyikapi kehidupan remaja, dan lingkungan sekolah yang dominan dalam memberi pengaruh baik secara positif maupun negatif karena sekolah merupakan tempat interaksi terbesar yang dialami para remaja. Informasi yang salah seringkali diperoleh para remaja sehingga sikap dan perilaku mereka pun menjadi salah. Sekolah menjadi sumber utama informasi dan tempat ternyaman bagi para remaja untuk bertanya tentang kesehatan reproduksi. Sekolah harus benar-benar mempersiapkan anak didiknya untuk memasuki masa remaja agar mereka siap menghadapi masa yang penuh dengan tantangan apalagi remaja pada masa sekarang yang hidup dalam arus globalisasi.
Berdasarkan paparan di atas maka Sex Education perlu dimasukkan ke dalam pengajaran di sekolah. Cara penyampaiannya bisa dimasukkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Misalnya dalam pelajaran Biologi dijelaskan pula perlunya menjaga kesehatan organ reproduksi atau pelajaran PKn dijelaskan tentang hak, kewajiban, dan tanggungjawab yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain penyampaian pada tiap-tiap mata pelajaran perlu disesuaikan dengan keadaan peserta didik dan peningkatan kemampuan bagi para pengajar. Aspeknya yang dipelajari bisa menyangkut berbagai hal dalam hubungannya antara laki-laki dan perempuan, antara lain :
1)      Perlunya menjaga kesehatan reproduksi remaja
2)      Perkembangan remaja
3)      Bahaya pergaulan bebas dan cara membentengi diri
4)      Sikap dan gaya hidup yang berbeda antara laki-laki dan perempuan
5)      Hak, kewajiban, dan tanggungjawab yang berbeda antara laki-laki dan perempuan
6)      dsb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar