PERLU TAHU SEBELUM MENJALANKAN SHOLAT TARAWIH.....
Shalat Sunnah Lail ialah : Shalat-shalat Sunnah yang dikerjakan pada malam hari selain Ba'diyah 'Isya'. Adapun waktunya ialah : Sehabis shalat 'Isya' hingga akhir waktu 'Isya' sebelum masuk waktu Shubuh. Dan shalat Lail itu boleh dikerjakan sebelum maupun sesudah tidur.
Macam-macamnya :
A. Shalat
Sunnah Tarawih.
C. Shalat
Sunnah Witir.
B. Shalat
Sunnah Tahajjud.
D. Shalat
Sunnah Iftitah.
A. Shalat Tarawih
Tarawih artinya relax, santai, istirahat. Ulama
mengistilahkan Shalat Sunnah ini dengan Shalat Tarawih, karena melihat riwayat
yang menjelaskan tentang bagaimana cara Nabi SAW melakukannya. Yaitu dengan
perlahan-lahan/relax/santai serta diselingi dengan istirahat setiap habis
salam.
Waktu, Bilangan dan Cara Pelaksanaan
a. Waktunya.
Setiap malam pada bulan Ramadlan, boleh
dikerjakan diawwal malam atau di pertengahan maupun di akhirnya, baik sebelum
tidur maupun sesudah tidur. Tegasnya, shalat tarawih adalah shalat malam di
bulan Ramadlan.
Dari Abu Dzarr, ia berkata : Kami
berpuasa Ramadlan bersama Rasulullah SAW. Beliau tidak shalat (malam) bersama
kami sehingga tinggal tujuh hari dari bulan itu. Lalu beliau shalat bersama
kami hingga lewat sepertiga malam, kemudian beliau tidak shalat malam bersama
kami pada malam yang keenam. Tetapi beliau shalat malam bersama kami pada malam
yang ke lima hingga lewat tengah malam. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 50, no.1375]
Dari Abdurrahman bin Abdul Qariyyi,
bahwasanya ia berkata, "Saya pernah keluar ke masjid bersama Umar bin
Khaththab RA. pada suatu malam di bulan Ramadlan, Tiba-tiba kami dapati
orang-orang berkelompok-kelompok dan terpisah-pisah, ada yang shalat sendirian
dan ada yang shalat dengan diikuti beberapa orang. Maka Umar berkata,
"Saya berpendapat lebih baik mereka ini saya kumpulkan dengan diimami oleh
seorang imam". Kemudian Umar ber'azam dan mengumpulkan mereka itu dengan
diimami oleh Ubay bin Ka'ab. Kemudian saya keluar lagi bersama Umar pada malam
yang lain, sedang orang-orang shalat dengan bermakmum kepada imam mereka. Umar
berkata, "Sebaik-baik bid'ah adalah ini". Dan shalat yang mereka kerjakan
pada akhir malam adalah lebih utama dari pada yang mereka kerjakan di awwal
malam. Sedangkan orang-orang biasa mengerjakannya di awwal malam. [HR. Bukhari juz 2 : 252].
b. Bilangan Raka'atnya
Shalat Sunnah Tarawih ini, bilangan raka'at
yang biasa dikerjakan oleh Nabi SAW adalah sebelas raka'at beserta witirnya.
Dan sebanyak-banyaknya tak terbatas, berapa saja seseorang mampu
melaksanakan-nya hingga habis waktu shalat sunnah tersebut, yaitu masuk waktu
Shubuh. Dari 'Aisyah RA, ia
berkata, "Rasulullah SAW shalat antara beliau selesai dari
shalat 'Isyak hingga fajar, 11 rekaat. Beliau salam antara tiap-tiap 2
rekaat, lalu berwitir 1 rekaat". [HR. Al-Jama'ah selain Tirmidzi, dalam Nailul
Authar juz 3, hal. 39]. Telah
berkata 'Aisyah, "Adalah Rasulullah SAW pernah shalat 4 raka'at, jangan
engkau tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat 4 raka'at,
jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat
(witir) 3 reka'at".
[HSR. Bukhari dan Muslim]
Keterangan :
Maksud hadits tersebut, Nabi SAW shalat 2
raka'at salam, 2 raka'at salam lalu istirahat. Dilanjutkan lagi 2 raka'at
salam, 2 raka'at salam lalu istirahat. Kemudian shalat witir 3 reka'at. 'Aisyah
RA berkata :
Bahwasanya Rasulullah SAW tidak
melebihkan di bulan Ramadlan dan di luar bulan Ramadlan atas sebelas raka'at. [HR. Bukhari dan Muslim]
Keterangan :
Hadits ini bukan merupakan batas dari Nabi SAW,
tetapi hanya menunjukkan bahwa biasanya Nabi SAW shalat sebelas raka'at. Dari Ibnu 'Umar bahwasanya ada seorang
lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang shalat malam
itu. Maka Rasulullah SAW menjawab, "Shalat malam itu 2
raka'at 2 raka'at. Maka apabila seseorang diantara
kamu khawatir masuk Shubuh hendaklah shalat witir 1 raka'at. Yang
seraka'at itu mewitirkan untuk shalat yang telah dikerjakan". [HR. Muslim juz 1, hal. 516]
c. Cara Pelaksanaan
1. Boleh dengan Jahr (suara nyaring) maupun
Sirr (suara lembut) :
Telah ditanya 'Aisyah RA,
"Bagaimana bacaan Nabi SAW pada waktu (shalat) malam?". Jawabnya,
"Semuanya itu dikerjakan oleh Rasulullah SAW terkadang beliau membaca sirr
(pelan) dan terkadang beliau membaca jahr (nyaring)". [HSR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi]
2. Boleh dikerjakan dengan berjama'ah maupun
munfarid (sendirian)
Dari 'Aisyah Ummul Mu’minin RA,
bahwasanya pada suatu malam Rasulullah SAW shalat malam dimasjid maka
orang-orangpun turut shalat bersama beliau, dan beliau shalat pula pada malam
berikutnya, maka bertambah banyak orang yang mengikutinya. Kemudian malam
ketiganya atau ke empatnya mereka telah berkumpul, tetapi beliau tidak datang.
Keesokan harinya beliau berkata,
"Sungguh saya mengetahui apa yang kalian kerjakan semalam, saya tidak
berhalangan untuk datang kepadamu, hanya saya takut jangan-jangan shalat itu
kau anggap wajib". (Kata 'Aisyah), "Kejadian tersebut pada bulan
Ramadlan". [HSR.
Bukhari juz 2, hal. 44]
(BERSAMBUNG........)
Sumber : brosur mta
Sumber : brosur mta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar